Senin, 19 April 2010

बेर्बगिलाह, वालू सेकेदार सरिता ...

“Boro-boro sedekah dan beramal, buat makan sehari hari saja sulitnya bukan Main” sebuah kaimat terlontar dr seorang manusia di sebuah desa antah berantah. Fakta, namun aku lupa data lengkapnya.

Mari sejenak preteli dan bantah kalimat itu. Bahwa memberi tak perlu mempunyai banyak. Bahwa memberi tak melulu tugasnya konglomerat, tuan tanah, milyarder atau wakil rakyat yang tengah berkampanye. Mari buktikan bahwa memberi juga Milik kita, Hak kita sebagai manusia untuk berbagi, kewajiban kita kepada adik kelas kehidupan kita. Manusia MASA KINI yan terbatas namun ingin melampaui batas.

Ada yang kenal Fir’aun ? pasti kenal kan ? walau memang belum pernah bersua dan artinya kita belum pernah kenalan. Ya, berapa banyak harta yang dimiliki Fir’aun ? luar biasa, tak ada satupun riwayat yang pernah saya jumpai dalam hal ini. Namun, ketiadaan riwayat itu, tak mengurangi kepercayaan kita bahwa Fir’aun adalah raja terbesar pada jamannya. Maka, bayangkanlah sejenak, kira-kira berapa Bilyun harta yang dimilikinya !!! sangat banyak sekali Bukan ? namun, yang perlu kita cermati adalah bahwa dengan harta sebanyak itu, fir’aun kikir, tidak mau berbagi dan menggap bahwa dirinya adalah Tuhan. Maka, ia membunuh setiap bayi laki laki di jamannya agar tidak adalagi kaum Adam yan menggantikan dirinya sebagai RAJA. Di sini, kita mengambil pelajaran bahwa Fir’aun TIDAK BISA BERBAGI KUASA, meskipun berlimpah.

Adalagi, QORUN. Setali tiga uang dengan Fir’aun, Qorun adalah manusia BER-UANG yang pelit. Kikir dan sok Kaya. Pasalnya Kunci gudang hartanya tidak mampu untuk sekedar dipikiul oleh umat pada jamannya. Itu baru Kunci gudangnya, lalu bagaimana dengan isinya ?? pastilah berkali kali lipat banyaknya dr kunci tersebut. Lalu, apakah dengan harta yan banyak itu Qorun berkenan, sekedar untuk berbagi ?? bahkan ketika Dimintai Zakat dan Sedekah, dengan lantang dia menjawab ,” Berani beraninya Lo minta sama Gue. Emang Lo Pikir ini harta nenek MOyang Lo ? yang bisa diperoleh dengan Duduk manis, ongkang ongkang tanpa bekerja ?” jawab Qorun sombong memakai Bahasa Betawi GAUL.

Dalam konteks keIndonesiaan kita mengenal banyak sekali tipikal Qorun disekitar kita. Ada koruptor yang namanya tak mungkin disebutkan satu persatu. Saking banyaknya dan lebih banyak lagi yang belum ketahuan, maka menyebutnya hanyalah pembuangan energi yang tak mungkin selesai. Cukup satu nama KORUPTOR. Mengapa mereka korupsi? Karena mereka tidak mau berbagi. Mereka tidak rela jika rakyatnya sejahtera, mereka tidak rela ketika melihat bansanya Berjaya bahkan mereka berbangga dan bersenang diri manakala menyaksikan orang lain sengsara. Kalaupun berbagi, mereka hanya berbagi pada komplotannya, sesama pengkhianat, penjahat dan perampok berdasi lainnya. Sok malu namun seringnya malu maluin, itulah mereka KORUPTOR laknatullah alaikum. Na’udzubillahi mindzalik.

Selain makhluk terlaknat itu –semoga Allah memberinya hidayah untuk bertobat- kita masih mengenal nama lain yang berkepribadian sama. Mementingkan perut sendiri tanpa mau melihat dan berbagi dengan sekitar. Masih Ingat kasus di Kediri, dimana ada manusia yang kehausan kemudian menemukan semangka di kebun orang yang hanya mengambil dua buah untuk sekedar menghilangkan haus namun berujung BUI ? atau nenek tua yang terpaksa menghuni sel lantaran mengambil buah Coklat dari sebuah perkebunan ?? dan masih banyak kasus lain yang mengindikasikan bahwa kita, masyarak Indonesia, sangat SULIT untuk Sekedar BERBAGI KEBAHAGIAAN.

Mari berkaca, apakah kita dengan semangatnya menceritakan Nikmat kebaikan yang kita dapatkan jika dibanding dengan semangat saat meneritakan nikmat Keburukan yang kita peroleh lantaran perbuatan diri ??
“ Ah, aku tidak mungkin sukses, Bapakku aja seorang Kuli, belum lagi pendidikanku pas pasan” atau “kemarin aku sakit, sakit sekali, tubuhku seraya ditusuk tusuk duri, dada sesak, perut mules dan mata terasa kunang kunang” dan aneka kalimat keluhan laiinya.

Namun, ketika mendapat kebaikan, kesuksesan, cerita kita cenderung datar, tak berirama dan tanpa garam, maka hambar rasanya. Bahkan, ada kecenderungan dari beberapa manusia yang suka menyembunyikan kebahagiaan yang tengah ia dapatkan.”Ini hasil jerih payahku, ngapain ngomong sama orang lain, yang ada mereka malah datang untuk ngutang bahkan meminta minta” demikian kalimat pembenaran mereka.

Mengapa terjadi hal seperti itu ?? Oknum oknum yang dengan sombongnya menikmati sendiri tanpa mau belirik kanan kirinya ??? apa yang ada di benak mereka ? kok sampai hati? begitu tega ? di depan restaurant ada seorang pengemis yang minta minta dicuekin namun makan habis berjut-juta2 tanpa terasa ?? apakah mereka tidka punya RECEH? Padahal, kalau UANG BESAR yang diberikan kepada si pengemis, semakin besar pahala dan si pengemis bisa segera Pensiun ??

Nampaknya benar sekali analoi seorang ustadz, bahwa dalam menjalani kehidupan, agar kita mampu berbagi walau sebenarnya kita membutuhkan, kita perlu menjalani peran sebagai TUKANG PARKIR di dunia ini. Ya, dia tidak pernah merasa memiliki mobil-mobil mewah yang di parkir di daerah kekuasaannya. Aneka mobil mewah berharga jutaan bahkan milyaran, tak pernah sedikitpun terasa mereka miliki. Mereka hanya merasa bahwa itu adalah titipan yang harus dijaga betul betul sehingga ketika si empunya mengambi, mobil tersebut utuh, tak berkurang atau bertambah sedikitpun. Dan kita, selayaknya meniru mereka. Tukang PARKIR KEHIDUPAN.

Jika itu yang terjadi, niscaya berkah bumi ini, tak kan ada orang miskin, peminta minta dan aneka profesi sejenis lainnya. Semuanya bermental MEMBAGI tanpa mau meminta, kecuali pada ALLAH saja. Subhanallah, sangat indah sahabat, ketika kita hanya membeli enam sachet susu bendera kemudian yang dua kita berikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan, maka sangat luar biasa dampaknya.
Atau ketika perut lapar dan terperi, keroncongan namun tak enak di dengar, ketika bekal yang seadanya dikeluarkan, tiba2 datang dua penguji. Kakak beradik yang lusuh, dekil dan carut marut datang menghampiri, Sembari memelas, dia berucap,”Bang, minta Bang, seharian belum makan Bang” Allahu akbar walillahil Hamd, maka iman adalah penentu, ketika ia telah menghujam di dada, apalah artinya kekenyangan diri sementara dua bocah itu kelaparan??sedangkan kita tdk pernah tahu, mungkin satu diantara anggota keluarga kita bernasib sama ??? maka, Itsar ( mendahulukan orang lain dalam hal dunia) pastilah menjadi jalan pilihnya. Ia merupakan sarana untuk mereguk keimanan yang Allah berikan kepada HambaNya yang beriman. Namun, ketika ia ( iman ) tak ada, boleh jadi bahkan bisa dipastikan akan lain tindakannya. Alih-alih makanan dibagi dua, atau diberikan semuanya, malahan mereka dibentak tak berperikemanusiaan hingga mereka menggigil ketakutan dan menyumpahi diri yang pelit itu. Na’udzubilllah,

Mari berbagi. Karena untuk berbagi, tak perlu banyak yang kita miliki. Bahkan, ketika tak ada harta yang kita milikipun, kita masih bias berbagi. Entah senyum, kebahagiaan, ataupun sekedar berbagi cerita. Inilah bagianmu sahabat, dariku yang ingin menjadi pribadi yang senantiasa berbagi.

Selamat berbagi, dan berhentilah meminta, selain kepada Allah saja. Jangan pernah berhenti berbagi walau belum ada yang kau terima. Ingatlah, surga Allah berikan kepada hambaNya yang mau berbagi kepada sesama … aku sudah berbagi, maka kutunggu bagian darimu, jika kau tak membagi, tak apalah,itu bukan tujuanku. Karena ALLAH subhanahu wata’alaa telah memberikan bagianku …. Maka, menerima hanyalah konsekuensi logis dari apa yang telah kita berikan ….

Depok, 4 jumadil Ula 1431 H

Tidak ada komentar: