Senin, 19 April 2010

बेर्बगिलाह, वालू सेकेदार सरिता ...

“Boro-boro sedekah dan beramal, buat makan sehari hari saja sulitnya bukan Main” sebuah kaimat terlontar dr seorang manusia di sebuah desa antah berantah. Fakta, namun aku lupa data lengkapnya.

Mari sejenak preteli dan bantah kalimat itu. Bahwa memberi tak perlu mempunyai banyak. Bahwa memberi tak melulu tugasnya konglomerat, tuan tanah, milyarder atau wakil rakyat yang tengah berkampanye. Mari buktikan bahwa memberi juga Milik kita, Hak kita sebagai manusia untuk berbagi, kewajiban kita kepada adik kelas kehidupan kita. Manusia MASA KINI yan terbatas namun ingin melampaui batas.

Ada yang kenal Fir’aun ? pasti kenal kan ? walau memang belum pernah bersua dan artinya kita belum pernah kenalan. Ya, berapa banyak harta yang dimiliki Fir’aun ? luar biasa, tak ada satupun riwayat yang pernah saya jumpai dalam hal ini. Namun, ketiadaan riwayat itu, tak mengurangi kepercayaan kita bahwa Fir’aun adalah raja terbesar pada jamannya. Maka, bayangkanlah sejenak, kira-kira berapa Bilyun harta yang dimilikinya !!! sangat banyak sekali Bukan ? namun, yang perlu kita cermati adalah bahwa dengan harta sebanyak itu, fir’aun kikir, tidak mau berbagi dan menggap bahwa dirinya adalah Tuhan. Maka, ia membunuh setiap bayi laki laki di jamannya agar tidak adalagi kaum Adam yan menggantikan dirinya sebagai RAJA. Di sini, kita mengambil pelajaran bahwa Fir’aun TIDAK BISA BERBAGI KUASA, meskipun berlimpah.

Adalagi, QORUN. Setali tiga uang dengan Fir’aun, Qorun adalah manusia BER-UANG yang pelit. Kikir dan sok Kaya. Pasalnya Kunci gudang hartanya tidak mampu untuk sekedar dipikiul oleh umat pada jamannya. Itu baru Kunci gudangnya, lalu bagaimana dengan isinya ?? pastilah berkali kali lipat banyaknya dr kunci tersebut. Lalu, apakah dengan harta yan banyak itu Qorun berkenan, sekedar untuk berbagi ?? bahkan ketika Dimintai Zakat dan Sedekah, dengan lantang dia menjawab ,” Berani beraninya Lo minta sama Gue. Emang Lo Pikir ini harta nenek MOyang Lo ? yang bisa diperoleh dengan Duduk manis, ongkang ongkang tanpa bekerja ?” jawab Qorun sombong memakai Bahasa Betawi GAUL.

Dalam konteks keIndonesiaan kita mengenal banyak sekali tipikal Qorun disekitar kita. Ada koruptor yang namanya tak mungkin disebutkan satu persatu. Saking banyaknya dan lebih banyak lagi yang belum ketahuan, maka menyebutnya hanyalah pembuangan energi yang tak mungkin selesai. Cukup satu nama KORUPTOR. Mengapa mereka korupsi? Karena mereka tidak mau berbagi. Mereka tidak rela jika rakyatnya sejahtera, mereka tidak rela ketika melihat bansanya Berjaya bahkan mereka berbangga dan bersenang diri manakala menyaksikan orang lain sengsara. Kalaupun berbagi, mereka hanya berbagi pada komplotannya, sesama pengkhianat, penjahat dan perampok berdasi lainnya. Sok malu namun seringnya malu maluin, itulah mereka KORUPTOR laknatullah alaikum. Na’udzubillahi mindzalik.

Selain makhluk terlaknat itu –semoga Allah memberinya hidayah untuk bertobat- kita masih mengenal nama lain yang berkepribadian sama. Mementingkan perut sendiri tanpa mau melihat dan berbagi dengan sekitar. Masih Ingat kasus di Kediri, dimana ada manusia yang kehausan kemudian menemukan semangka di kebun orang yang hanya mengambil dua buah untuk sekedar menghilangkan haus namun berujung BUI ? atau nenek tua yang terpaksa menghuni sel lantaran mengambil buah Coklat dari sebuah perkebunan ?? dan masih banyak kasus lain yang mengindikasikan bahwa kita, masyarak Indonesia, sangat SULIT untuk Sekedar BERBAGI KEBAHAGIAAN.

Mari berkaca, apakah kita dengan semangatnya menceritakan Nikmat kebaikan yang kita dapatkan jika dibanding dengan semangat saat meneritakan nikmat Keburukan yang kita peroleh lantaran perbuatan diri ??
“ Ah, aku tidak mungkin sukses, Bapakku aja seorang Kuli, belum lagi pendidikanku pas pasan” atau “kemarin aku sakit, sakit sekali, tubuhku seraya ditusuk tusuk duri, dada sesak, perut mules dan mata terasa kunang kunang” dan aneka kalimat keluhan laiinya.

Namun, ketika mendapat kebaikan, kesuksesan, cerita kita cenderung datar, tak berirama dan tanpa garam, maka hambar rasanya. Bahkan, ada kecenderungan dari beberapa manusia yang suka menyembunyikan kebahagiaan yang tengah ia dapatkan.”Ini hasil jerih payahku, ngapain ngomong sama orang lain, yang ada mereka malah datang untuk ngutang bahkan meminta minta” demikian kalimat pembenaran mereka.

Mengapa terjadi hal seperti itu ?? Oknum oknum yang dengan sombongnya menikmati sendiri tanpa mau belirik kanan kirinya ??? apa yang ada di benak mereka ? kok sampai hati? begitu tega ? di depan restaurant ada seorang pengemis yang minta minta dicuekin namun makan habis berjut-juta2 tanpa terasa ?? apakah mereka tidka punya RECEH? Padahal, kalau UANG BESAR yang diberikan kepada si pengemis, semakin besar pahala dan si pengemis bisa segera Pensiun ??

Nampaknya benar sekali analoi seorang ustadz, bahwa dalam menjalani kehidupan, agar kita mampu berbagi walau sebenarnya kita membutuhkan, kita perlu menjalani peran sebagai TUKANG PARKIR di dunia ini. Ya, dia tidak pernah merasa memiliki mobil-mobil mewah yang di parkir di daerah kekuasaannya. Aneka mobil mewah berharga jutaan bahkan milyaran, tak pernah sedikitpun terasa mereka miliki. Mereka hanya merasa bahwa itu adalah titipan yang harus dijaga betul betul sehingga ketika si empunya mengambi, mobil tersebut utuh, tak berkurang atau bertambah sedikitpun. Dan kita, selayaknya meniru mereka. Tukang PARKIR KEHIDUPAN.

Jika itu yang terjadi, niscaya berkah bumi ini, tak kan ada orang miskin, peminta minta dan aneka profesi sejenis lainnya. Semuanya bermental MEMBAGI tanpa mau meminta, kecuali pada ALLAH saja. Subhanallah, sangat indah sahabat, ketika kita hanya membeli enam sachet susu bendera kemudian yang dua kita berikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan, maka sangat luar biasa dampaknya.
Atau ketika perut lapar dan terperi, keroncongan namun tak enak di dengar, ketika bekal yang seadanya dikeluarkan, tiba2 datang dua penguji. Kakak beradik yang lusuh, dekil dan carut marut datang menghampiri, Sembari memelas, dia berucap,”Bang, minta Bang, seharian belum makan Bang” Allahu akbar walillahil Hamd, maka iman adalah penentu, ketika ia telah menghujam di dada, apalah artinya kekenyangan diri sementara dua bocah itu kelaparan??sedangkan kita tdk pernah tahu, mungkin satu diantara anggota keluarga kita bernasib sama ??? maka, Itsar ( mendahulukan orang lain dalam hal dunia) pastilah menjadi jalan pilihnya. Ia merupakan sarana untuk mereguk keimanan yang Allah berikan kepada HambaNya yang beriman. Namun, ketika ia ( iman ) tak ada, boleh jadi bahkan bisa dipastikan akan lain tindakannya. Alih-alih makanan dibagi dua, atau diberikan semuanya, malahan mereka dibentak tak berperikemanusiaan hingga mereka menggigil ketakutan dan menyumpahi diri yang pelit itu. Na’udzubilllah,

Mari berbagi. Karena untuk berbagi, tak perlu banyak yang kita miliki. Bahkan, ketika tak ada harta yang kita milikipun, kita masih bias berbagi. Entah senyum, kebahagiaan, ataupun sekedar berbagi cerita. Inilah bagianmu sahabat, dariku yang ingin menjadi pribadi yang senantiasa berbagi.

Selamat berbagi, dan berhentilah meminta, selain kepada Allah saja. Jangan pernah berhenti berbagi walau belum ada yang kau terima. Ingatlah, surga Allah berikan kepada hambaNya yang mau berbagi kepada sesama … aku sudah berbagi, maka kutunggu bagian darimu, jika kau tak membagi, tak apalah,itu bukan tujuanku. Karena ALLAH subhanahu wata’alaa telah memberikan bagianku …. Maka, menerima hanyalah konsekuensi logis dari apa yang telah kita berikan ….

Depok, 4 jumadil Ula 1431 H

Sabtu, 28 November 2009

ISTRI atau IBUMU ???

Idul “adha 1430H.

Selepas mendirikan Shalat ‘id berjamah di masjid samping tempat tinggal sementaraku, kulangkahkan kaki menuju belakang. Ada yang harus kukerjakan. Pekerjaan yang sudah kusiapkan sejak kemarin Sore. Pekerjaan yang “katanya” merupakan pekerjaan Kaum Hawa. Pekerjaan yang Katanya akan tidak dilakukan lagi selepas kita BERISTRI. Tapi, aku berkomitmen, bahwa kelak pekerjaan ini akan tetap kulakukan meskipun AKU SUDAH BERISTRI. Ya, Istri yang kucari kelak adalah seorang yang bisa mendampingiku dalam mengarungi SAMUDERA KEHIDUPAN. Yang menegakkan ketika layu. Memberi teladan kepada Buah hati dan Istri yang kelak mengantarkanku menuju SurgaNya. Bukan seorang ISTRI yang SEKEDAR menggantikanku untuk melakukan pekerjaan ini. Karena dia adalah ISTRIKU bukan PENCUCI bajuku.

Dua potong baju Koko. Dua potong kaos Oblong. Dan Tiga potong celana Panjang telah menanti sentuhan lembut tanganku sejak kemarin sore. Maka,aku tak ingin membuatnya berlama lama menunggu. Kasihan. Mereka yang selalu menjagaku dari kedinginan dan membuat Auratku tertutup, tak kubiarkan mereka berlama lama Berendam sehingga dinginlah yang mereka Rasakan.

Ritual itupun segera kulakukan. Diiringi dengan “lagu AL AQSHA Memanggil yang aku nyanyikan sendiri. Segera kulibas kotoran kotoran yang melekat di pakaianku. Satu persatu hingga mereka bersih dan berbusa. Sambil kumainkan busa itu, lagupun bergeser ke BINGKAI KEHIDUPAN. Aku tak peduli, mungkin teman teman merasa Nyaman dengan suara MERDUku. Makanya Tak surut walau selangkah, Tak henti Walau Sejenak. Kulantunkan terus dengan penuh semangat.

Ditengah keasyikan Ritual yang tengah kulaksanakan. Datanglah seorang “ TEMAN TIDUR” di sampingku. Sepiring nasi yang ditemani sayur kentang sisa masakan Semalam, dilahapnya dengan sepotong kerupuk warna Putih di tangan kirinya. Namanya Ahmad. Akupun mengecilkan Volume suaraku, karena kutahu, ada yang ingin ia sampaikan kepadaku. Benarlah, belum selesai bisik hatiku. Iapun memulai Cakapnya.

“Mas,” serunya karena memang dia lebih Muda dua tahun dibanding diriku. “Yup,” jawabku dengan penuh semangat. “ Aku mau nanya Mas,” diapun melanjutkan. “ok, silahkan!”, Sambutku langsung. “ Gini Mas, misalnya sampeyan dirumah, terus terjadi GEMPA, disitu ada Ibu dan Istri sampeyan, Siapa yang akan sampeyan selamatkan ?”. Pertanyaan aneh menurutku, tapi tak apalah, itung itung persiapan siapa tahu benar-benar terjadi. Walaupun aku SANGAT TIDAK MENGHARAPKAN akan terjadinya MUSIBAH itu, toh tidak menutup kemungkinan akan terjadinya MUSIbah itu di tempat tinggalku kelak. Karena memang Bencana adalah salah satu Misteri dari banyaknya Misteri yang Allah ciptakan.

“ Yo dua duanya” sergah temanku satunya yang baru saja Pulang dari Masjid. Diapun menimpali, “ Gak boleh mas, harus milih salah satu”. Wah, ini anak tambah ngawur aja dech. Masa’ gak boleh dua duanya padahal dua duanya adalah Wanita yang saling melengkapi dalam relung Jiwaku. Tak lama idepun muncul, “ya pasti Ibuku Donk !”. jawabku singkat. “Alasannya Mas?” wah ini anak, ada ada aja. “karena, kalau Ibu kan hanya SATU dan gak bisa cari lagi. Sedangkan ISTRI, kalau memang Allah takdirkan Ia meninggal dalam Bencana tersebut, SAYA bias CARI LAGI kan ?”. Jawabku sambil cengengesan. Diapun pergi melengos, karena tak berhasil memperdayaku dengan pertanyaan konyolnya. “ha..ha..ha..” jawaban terakhir pertanda kemenanganku.

Jika pertanyaan itu ditujukan pada sahabat, Apa jawaban sahabat Sekalian ???

Kamis, 22 Oktober 2009

Misteri Shalat Subuh


Dr. Raghib As-Sirjani, penulis buku "Misteri Salat Subuh" pernah sangat bingung dan bertanya dalam hati, " Bagaimana mungkin agama Allah akan kokoh berdiri di atas muka bumi ini di tangan orang-orang yang melalaikan kewajibannya kepada Allah? " Mengapa beliau sampai punya pertanyaan demikian?

Ceritanya, suatu ketika, Dr. Raghib menemui seorang ustadz (da'i) yang ceramahnya begitu memukau dan menanyakan perihal penyebab da'i itu jarang salat Subuh berjamaah di masjid. Pertanyaan ini diajukan, setelah sebelumnya beliau mengamati langsung beberapa Hari dan ikut salat Subuh di masjid dekat rumah si da'i, namun tidak melihat sang da'i salat Subuh di situ.

Mendapat pertanyaan demikian, sang da'i dengan enteng Dan tanpa rasa malu menjawab pertanyaan Dr. Raghib: " Maafkan saya, semoga Allah mengampuni saya Dan mengampuni Anda. Kondisi saya sangat sulit. Pagi-pagi saya sudah mulai kerja, sementara tidur agak terlambat. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Mendengar jawaban seperti itu, kontan saja hati beliau bergejolak, jiwanya terasa sempit Dan tenggorokkannya terasa tersumbat.

Akhirnya, dari kejadian itu beliau termotivasi untuk segera menulis sebuah buku tentang hikmah di balik salat Subuh, yang kemudian ­atas kehendak Allah swt.­ buku itu (Misteri Salat Subuh) menjadi Best Seller.

Makna Ujian

Ungkapan lidah sering tak sesuai dengan keyakinan hati, Dan beribu ucapan tidak sesuai dengan amal perbuatan. Mukmin yang benar dan jujur adalah yang sesuai antara perkataan dengan perbuatannya. Sedangkan orang munafik, secara lahiriah kelihatan bagus Dan bersih, namun hatinya keras bagaikan batu, bahkan lebih keras lagi.

Allah swt. Maha Mengetahui apa yang terlintas dalam hati manusia. Mengetahui Mata yang tidak jujur Dan segala yang tersembunyi dalam dada. Mengetahui yang munafik dari yang mukmin, serta mengetahui yang dusta dari yang jujur.

Namun, atas kehendak-Nya, Dia berhak memberikan ujian-ujian tertentu, untuk mengetahui rahasia hati yang tersembunyi dalam setiap jiwa; serta menunjukkan siapa yang hanya berbicara tanpa melaksanakan apa yang ia katakan; atau menyakini sesuatu, tapi tidak merealisasikannya.

Tujuan ditampakkannya rahasia hati itu karena Allah swt. Ingin menegakkan hujjah (alasan) atas manusia, agar di Hari kiamat nanti tidak Ada seorang pun yang merasa terzalimi Dan teraniaya. Mereka diberi ujian, akan tetapi sebagian besar gagal dalam ujian tersebut. Lebih dari itu, melalui ujian, Allah swt. Ingin membersihkan barisan orang-orang mukmin dari orang-orang munafik. Sebab, bercampurnya orang mukmin dengan orang munafik akan melemahkan barisan, menyebabkan kegoncangan, Dan mengakibatkan kekalahan serta kehancuran.

Ujian merupakan sunnah ilahiyah Dan sebagai standar bagi semua manusia tanpa kecuali, yang berlaku sejak Adam a.s. Diciptakan hingga Hari kiamat kelak.

Allah swt. Berfirman dalam kitab-Nya: ³Alif lam mim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: " Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar Dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS.Al-Ankabut [29]: 1-3).

Ujian dari Allah swt. Tidak sedikit jumlahnya, Dan berlaku terus-menerus sejak manusia mendapat beban syariat, sampai tibanya kematian. Jihad fisabilillah merupakan ujian, bahkan sebagai ujian yang sangat berat. Namun, bukan mustahil dilakukan karena orang-orang mukmin bisa Lulus dalam ujian itu. Sedangkan orang-orang munafik, tidak akan Lulus. Infak di jalan Allah swt. Adalah ujian. Ujian ini sulit, tetapi bukan sesuatu yang mustahil.

Orang mukmin mampu melaksanakannya, sementara orang munafik tidak akan mampu. Begitu pula, bersikap baik terhadap sesama manusia juga ujian; menahan amarah juga ujian; rida dengan hukum Allah swt. Juga ujian; berbuat baik kepada orang tua pun ujian, Dan seterusnya.

Ujian memiliki variasi tingkat kesulitan. Seorang mukmin harus Lulus dalam semua ujian itu untuk membuktikan kebenaran imannya, Dan untuk menyelaraskan antara lisan Dan hatinya.

Salat Subuh, Ujian Terberat

Inilah ujian yang sesungguhnya. Ujian yang sangat sulit, namun bukan satu hal yang mustahil. Nilai tertinggi dalam ujian ini ­bagi seorang laki-laki­ adalah salat Subuh secara rutin berjamaah di masjid. Sedangkan bagi wanita, salat Subuh tepat pada waktunya di rumah. Setiap orang dianggap gagal dalam ujian penting ini, manakala mereka salat tidak tepat waktu, sesuai yang telah ditetapkan Allah swt.

Sikap manusia dalam menunaikan salat wajib cukup beragam. Ada yang mengerjakan sebagian salatnya di masjid, namun meninggalkan sebagian yang lain. Ada pula yang melaksanakan salat sebelum habis waktunya, namun dikerjakan di rumah. Dan, Ada pula sebagian orang yang mengerjakan salat ketika hampir habis Batas waktunya (dengan tergesa-gesa). Yang terbaik di antara mereka adalah yang mengerjakan salat wajib secara berjamaah di mushala/masjid pada awal waktu.

Rasulullah saw. Telah membuat klasifikasi yang dijadikan sebagai tolok ukur untuk membedakan antara orang mukmin dengan orang munafik. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., IA berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda: " Sesungguhnya salat yang paling berat bagi orang munafik adalah salat Isya' Dan salat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya sekalipun dengan merangkak. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Apabila Rasulullah saw. meragukan keimanan seseorang, beliau akan menelitinya pada saat salat Subuh. Apabila beliau tidak mendapati orang tadi salat Subuh (di masjid), maka benarlah apa yang beliau ragukan dalam hati.

Di balik pelaksanaan dua rakaat di ambang fajar ini, tersimpan rahasia yang menakjubkan. Banyak permasalahan yang bila dirunut, bersumber dari pelaksanaan salat Subuh yang disepelekan. Itulah sebabnya, para sahabat Rasulullah saw. sekuat tenaga agar tidak kehilangan waktu emas itu.

Pernah suatu hari, mereka terlambat salat Subuh dalam penaklulkan benteng Tastar. 'Kejadian' ini membuat seorang sahabat, Anas bin Malik selalu menangis bila mengingatnya. Yang menarik, ternyata Subuh juga menjadi waktu peralihan dari era jahiliyah menuju era tauhid. Kaum 'Ad, Tsamud, dan kaum pendurhaka lainnya, dilibas azab Allah swt. pada waktu Subuh.

Seorang penguasa Yahudi pernah menyatakan bahwa mereka tidak takut dengan orang Islam, kecuali pada satu hal, yaitu bila jumlah jamaah salat Subuh mencapai jumlah jamaah salat Jumat. Memang, tanpa salat Subuh, umat Islam tidak lagi berwibawa. Tak selayaknya kaum muslimin mengharapkan kemuliaan, kehormatan, dan kejayaan, bila mereka tidak memperhatikan salat ini.

Bagaimana orang-orang muslim tidur di waktu Subuh, lalu dia berdoa pada waktu Dhuha atau waktu Zhuhur atau waktu sore hari (Ashar), memohon kemenangan, keteguhan dan kejayaan di muka bumi. Bagaimana mungkin?

Sesungguhnya agama ini tidak akan mendapatkan kemenangan, kecuali telah terpenuhi semua syarat-syaratnya. Yaitu dengan melaksanakan ibadah, konsekuen dengan akidah, berakhlak mulia, mengikuti ajaran-Nya, tidak melanggar larangan-Nya, dan tidak sedikit pun meninggalkannya, baik yang sepele apalagi yang sangat penting.

Subhanallah! Allah swt. akan mengubah apa yang terjadi di muka bumi ini dari kegelapan menjadi keadilan, dari kerusakan menuju kebaikan. Semua itu terjadi pada waktu yang mulia, ialah waktu Subuh. Berhati-hatilah, jangan sampai tertidur pada saat yang mulia ini. Allah swt akan memberikan jaminan kepada orang yang menjaga salat Subuhnya, yaitu terbebas dari siksa neraka jahanam. Diriwayatkan dari Ammarah bin Ruwainah r.a., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: "Tidak akan masuk neraka, orang yang salat sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam matahari." (HR. Muslim).

Salat Subuh merupakan hadiah dari Allah swt., tidak diberikan, kecuali kepada orang-orang yang taat lagi bertaubat. Hati yang diisi dengan cinta kemaksiatan, bagaimana mungkin akan bangun untuk salat Subuh? Hati yang tertutup dosa, bagaimana mungkin akan terpengaruh oleh hadist-hadist yang berbicara tentang keutamaan salat Subuh?

Orang munafik tidak mengetahui kebaikan yang terkandung dalam salat Subuh berjamaah di masjid. Sekiranya mereka mengetahui kebaikan yang ada di dalamnya, niscaya mereka akan pergi ke masjid, bagaimanapun kondisinya, seperti sabda Rasulullah saw.: " Maka mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak."

Coba kita bayangkan ketika ada seorang laki-laki yang tidak mampu berjalan, tidak ada orang yang membantu memapahnya. Dalam kondisi yang sedemikian rupa, ia bersikeras mendatangi masjid dengan merangkak dan merayap di atas tanah untuk mendapatkan kebaikan yang terkandung dalam salat Subuh berjamaah Sekiranya kita saksikan ada orang yang meninggalkan salat Subuh berjamaah di masjid (dengan sengaja), maka kita akan mengetahui betapa besar musibah yang telah menimpanya.

Tentu saja, tulisan ini bukan untuk menuduh orang-orang yang tidak menegakkan salat Subuh di masjid dengan sebutan munafik. Allah swt Maha Tahu akan kondisi setiap muslim. Namun, sebaiknya hal ini dapat dijadikan sebagai bahan koreksi bagi setiap individu (kita), orang-orang yang kita cintai, anak-anak, serta sahabat-sahabat kita. Sudahkah kita salat Subuh berjamaah di masjid/musalla secara istiqomah?

Jika seseorang meninggalkan salat Subuh dengan sengaja, maka kesengajaan tersebut adalah bukti nyata dari sifat kemunafikan. Barang siapa yang pada dirinya terdapat sifat ini, maka segeralah bermuhasabah (intropeksi diri) dan bertaubat. Mengapa? Karena dikhawatirkan akhir hayat yang buruk (su'ul khatimah) akan menimpanya. Nauzubillah minzalik! (HD).

Dikutip, disadur dan diolah dari buku:
Misteri Salat Subuh
(Menyingkap 1001 Hikmah Salat Subuh Bagi Pribadi dan Masyarakat).
Dr. Raghib As-Sirjani. Penerbit Aqwam Jembatan Ilmu. Solo.

Selamat Datang

Subhanallahi wabihamdih, 'adada kholqihi, waridho nafsih, zinata 'arsyihi , midada kalimatih,
Allahhu Akbar Walillahil Hamd, Allahumma Sholli 'ala Muhammad wa 'alaa ali Muhammad.

Salam dahsyat Sahabat.

Semoga Allah Subhanahu wata'ala senantiasa memberkahi langkah kita. Langkah ini. langkah Panjang. langkah kita di Jalan Dakwah yang semakin terjal dan berliku ini.

Perjuangan adalah Keniscayaan. Tak ada waktu untuk berpangku tangan. Barang sedetik-pun. Waktu yang Allah anugerahkan adalah Investasi yang harus kita kembangkan. Tanpa henti, terus menerus dan berkesinambungan. Ia merupakan rangkaian kerja kerja nyata yang tak hanya berbuah kata. Maka, Mari berjuang, sesuai kemampuan dan spesialisasi kita masing masing. asalkan satu Visi : menegakkan kalimat Allah SWT di Bumi ini.

Perjuangan adalah kenikmatan. kenikmatan bagi para pendamba surga. Kenikmatan ketika kita memperoleh kemenangan. Bukan karena usaha kita. Melainkan hadiah dari Allah SWT atas upaya kita yang sedikit ini. Kemenangan tak selalu berwujud Manis di hadapan manusia. kemenangan juga berarti Syahid. tebunuh di Jalan Allah SWT. maka, sungguh inilah kemangan yang sesungguhnya. Ketika Tubuh ini tergolek lemas bersimbah darah. Daging kita dijadikan sarang peluru-peluru kafir, sayatan-sayatan pedang musuh Allah, dan tetesan tetesan darah segar mengalir dari tubuh kita seraya bertasbih, bertahmid dan bertahlil memuji kebesran Allah sang Pencipta.

maka, Syahid adalah impian yang bukan sekedar mimpi. ia adalah Mimpi yang terus terngiang dan akan kita upayakan. Sebisa kita, sesuai apa yang kita mampu. Memulai dengan niat, diiringi dengan do'a dan diwujudkan dengan TEKAD, maka Insya Allah Syahid akan menjadi Niscaya.

Dan. marilah kita tapaki jalan ini. jalan Syahid Fi sabilillah. Teriring do'a untukmu dan untuk kita semua,

amitnaa 'alaa syahadati fi sabilik. Innaka Ni'mal maulaa wani'man nashiir,,,,

Dengan pekikan ALLAHU AKBAR !!!

Meniti Jalan Menuju Syahid

Oleh : Ustadz Muhammad Lili Nur Aulia
Sumber : Rubrik Ruhaniyat Majalah Islam Tarbawi edisi 206 Th. 10, Rajab 1430 H / 25 Juni 2009.


Amatilah, sekali lagi hamparan luas area pemakaman Baqi Gharqad. Sebuah pemakaman di sisi Masjid Nabawi yang menorehkan sejarah penting bagi ribuan para sahabat Rasululah Saw yang dimakamkan di sana. Tak kurang sepuluh ribu sahabat yang dimakamkan di tanah itu, nisan mereka, hanyalah sebongkah batu yang kini tampak berserakan tak beraturan di atas tanah. Mereka, sebagiannya adalah para syuhada’ perang badar Kubra dan Uhud yang monumental dalam sejarah awal dakwah Islam.

Renungkanlah, bagaimana hebatnya kecamuk perang Badar yang menandakan kebangkitan islam dan kaum muslimin, paska mereka terusir dari kota Makkah Mukarramah. Peristiwa besar yang membuktikan bahwa Allah SWT pasti menolong Rasul dan ummatnya. Bahwa Allah pasti memenangkan agama ini. Hingga kemudian ribuan sahabat gugur di medan badar., dengan label syuhada’ di jalan Allah swt. Hadirkan suasana genting dan kekeacauan luar biasa yang dirasakan pasukan islam dalam peperangan Uhud. Saat sejumlah pasukan pemanah akhirnya tergiur oleh harta rampasan perang yang ditinggalkan oleh pasukan kafir quraisy sebagai umpan. Renungkanlah suasana itu semua...

Mereka memang syuhada’ yang mendapat jaminan Allah swt dalam Al Qur’an surat Ali Imran ayat 140 : Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'[231]. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, 231]. Syuhada' di sini ialah orang-orang Islam yang gugur di dalam peperangan untuk menegakkan agama Allah. Sebagian ahli tafsir ada yang mengartikannya dengan menjadi saksi atas manusia sebagai tersebut dalam ayat 143 surat Al Baqarah., kelak untuk menjadi ahli surga. Malaikat Allah SWT menyambut mereka di pintu pintu surga. Sebab mereka telah membuktikan keimanannya dengan sepenuh jiwa dan raga. Hingga ajal menjemput meraka di medan jihad...Indah sekali.

Saudaraku, Kematian itu pasti. Dan mati sebagai syahid itu, cita cita agung untuk mereka yang pasti mati. Allah swt akan memilih sipa dari hambaNya yang layak mendapat gelar syahid di jalanNya. Kita, hanya diperintahkan untuk bersiap menjumpai kematian dengan cara yang paling baik. Jika kita bercita cita mati syahid, tentu harus melakukan persiapan agar Allah swt oun menilai kita siap untuk dipilih menjadi salah satu dari syuhada’Nya.

Kisah kisah orang yang diyakini mati syahid di jalan Allah swt, menyebutkan , mereka biasanya meninggalkan kenangan indah dalam diri sahabat mereka. Para sahabat, para syuhada’ semasa hidupnya, biasanya juga bisa membaca tanda tanda mati syahiditu. Hingga ada diantara mereka yang mengatakan kepada orang yang tampak akan mendapat mati syahid kelak., dengan istilah, ” syahidun yamsyi ’alaa wajhil ardh”, syahid berjalan di atas muka bumi. Dalam sebuah riwayat disebutkan juga perkataan Thalhah, “ haadzaa min man qadhaa nabhah,” Orang ini termasuk diantara orang yang menanti gilirannya ( untuk mati syahid ).

Saudaraku,
Bagaimana kita mempersiapkan diri agar kita menjadi bagian dari kafilah para syuhada ? Mari perhataikan lebih seksama, jejak langkah para syuhada’ itu. Supaya kita mengetahui bagaimana jalan yang mengantarkan mereka hingga hingga memperoleh derajat mulia yang menjadi keinginan kita.

Kita akan melihat bahwa persiapan mereka antara lain, adalah taubat setulus-tulusnya ( taubatan Shadiqah ). Dalam hadits muttafaq ‘alaih, disebutkan, “ Allah swt tertawa melihat dua orang, yang satu sama lain saling membunuh, tapi kedua-duanya masuk surga. Salah satunya berperang di jalan Allah lalu ia terbunuh. Kemudian Allah swt menerima taubat orang yang membunuh, hingga ia akhirnya gugur.”

Bukan tidak mungkin seseorang mati syahid memiliki latar belakang yang tidak baik, tapi kemudian ia bertaubat.

Saudaraku,
Bertaubat secara sungguh sungguh harus diiringi dengan amal yang baik. Ibnu Umar mengatakan , “ jika engkau memasuki waktu sore jangan menunggu waktu pagi. Dan jika engkau memasuki waktu pagi jangan menunggu waktu sore. Gunakanlah waktu sehatmu untuk waktu sakitmu, gunakanlah hidupmu untuk matimu.” Saat mensyarah ( menjelaskan ) kandungan hadits ini, Ibnu Hajar mengatakan, “perbuatan apapun yang bermanfaat setelah kematianmu, segeralah memanfaatkan hari hari sehatmu dengan amal shalih. Karena penyakit itu datang dengan tiba tiba dan menghalami dari beramal. Dikhawatirkan orang yang lalai dalam hal ini, sampai ke akhirat tanpa bekal.”

Ingatan kita kemudian kembali pada sabda Rasulullah saw, ” Jika Allah swt menghendaki suatu kebaikan atas seseorang hamba, maka ia akan ”menggunakannya”. Para shabat bertanya , ”Apa yang dimaksud menggunakannya ya Rasulullah ?” Rasul saw menjawab, ”Allah swt akan membantunya untuk melakukan amal shalih menjelang kematiannya.”

Saudaraku,
Persiapan lain yang penting kita lakukan untuk mendapat mati syahid adalah, BERKORBAN. Tidak ada mati syahid tanpa pengorbanan. Jihad yang menjadi sarana mati syahid harus diiringi dengan jiwa dan harta, dan keduanya adalah pengorbanan. Basyir bin Al Khashshiyah menceritakan, ia datang untuk brbai’at kepada Rasulullah saw. Ia kemudian ingin diberi dispensasi dua syarat yang harus dinyatakan dalam syarat bai’at ( janji setia ). Ia mengatakan , ” Terhadap dua hal itu, demi Allah aku tidak dapat melakukannya, yakni jihad dan shadaqah.” Basyor menjelaskan bahwa ia khawatir saat berjihad, lari membelakangi musuh dan mendapat murka Allah. Sedangkan terkait dengan shadaqah, ia katakan dirinya tidak mempunyai harta kecualis sedikit. Rasululah lalu mengangkat tanganya dan bersabda , ” Jika tanpa jihad dan tanpa shadaqah, jadi bagaimana engkau bisa masuk surga ?” Akhirnya Basyir mengatakan, ” Kalau demikian, aku berbai’at untuk semuanya.”

Saudaraku,
Paersiapan selanjutnya adalah Kesungguhan, Keseriusan yang terkumpul maknanya dalam kata JIHAD. Bagaimana kita bisa memiliki predikat mujahid bila kita tidak berjihad dalam arti tidak memiliki kesungguhan, tidak memberikan secara optimal apa yang kita punya untuk islam? Itulah ang melatarbelakangi perkataan Anas bin Nadhr menjelang perang Uhud, ” Aku mencium bau surga di balik bukit Uhud.” Ia kemudian maju ke medan perang dan gugur.

Saudaraku,
Yang menjadi tujuan bukan kematian itu, tetapi bagaiman substansi dari kematian dan bagaimana posesnya. Ini bukanlah teori bunuh diri yang biasa dilakukan oleh orang orang yang kecewa dan terguncang jiwanya oleh problem hidup. Mati syahid juga bukan perilaku orang penakut yang dibunuh oleh ketakutannya sendiri.